"Untuk saat ini, ketidakpastian yang ada sangat luar biasa, melingkupi kebijakan fiskal, potensi stimulus, dan faktor-faktor lain yang memengaruhinya," kata ekonom dari Capital Economics.
Dalam rapat FOMC pada bulan Desember 2016 lalu, Ketua The Fed, Janet Yellen, menaikkan suku bunga The Fed untuk pertama kalinya setelah satu tahun, ke kisaran 0.50% - 0.75%. The Fed juga memberikan sinyal bahwa mereka akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun 2017 ini, dengan dasar perekonomian yang menguat, full-employment yang hampir tercapai, dan inflasi yang makin mendekati target dua persen.
Dalam pidatonya di beberapa event, Yellen kembali menggaungkan wacana tersebut sembari menambahkan bahwa The Fed tetap akan memperhatikan data sebagai pertimbangan.
"The Fed tidak bisa mengambil tindakan sampai mereka mengetahui apa yang harus ditindak," tambah ekonom tersebut.
Kendati demikian, dengan atau tanpa kebijakan fiskal yang matang untuk perekonomian, The Fed akan tetap memperhatikan pengukuran inflasi. indeks harga core PCE menunjukkan pengukuran inflasi hingga 1.7 persen pada bulan Desember, kian dekat dengan target 2 persen yang dituju oleh The Fed.
Mungkinkah Presiden Dan The Fed AS Bergerak Ke Arah Yang Berlawanan?
Pertanyaan tersebut cukup menarik untuk dibahas dalam momen FOMC
seperti sekarang ini. Bloomberg pernah mengulasnya dalam sebuah artikel
menarik yang ditulis sebelum Trump dilantik. Presiden The Fed untuk wilayah Richmond, Jeffrey Lacker, pernah mengatakan,"Outlook fiskal yang lebih stimulatif, biasanya menjamin kebijakan penentuan suku bunga yang lebih tinggi," Pernyataan ini diutarakan oleh Lacker seminggu setelah Trump resmi terpilih sebagai presiden.
Bloomberg menerjemahkan ucapan Lacker tersebut sebagai sumber inspirasi bagi The Fed untuk bergerak ke arah berlawanan, yang dikenal sebagai Monetary Offset.
Monetary Offset merupakan sebuah opsi langka--mungkin diambil, mungkin tidak--yang berupa sebuah upaya oleh bank sentral untuk menggunakan kenaikan suku bunga demi memadatkan pertumbuhan ekonomi yang sedang terdorong naik oleh pemotongan pajak maupun kebijakan fiskal suatu negara.
Lho, bagaimana The Fed bisa menaikkan suku bunga kalau Presiden Trump saja tidak merinci agenda ekonominya? Sebagian besar analis memang mengatakan hampir tidak mungkin Fed Hike dilakukan tanpa detail dari presiden. Namun, menurut para ekonom di luar The Fed, termasuk Goldman Sachs Group Inc. dan Standard Chartered Plc, The Fed bisa lebih agresif (menaikkan suku bunga) cukup dari agenda umum saja.
Sinyalnya sudah muncul dari konferensi pers Janet Yellen, Ketua The Fed, pada tanggal 14 Desember lalu, yang mengatakan, "Dalam hal ini, saya ingin mengatakan bahwa kebijakan fiskal tak terlalu dibutuhkan untuk menyediakan stimulus demi membantu kami mencapai full-employment,"
Jadi, jawaban atas pertanyaan: mungkinkah Presiden Dan The Fed AS Bergerak Ke Arah Yang Berlawanan? Jawabannya, mungkin, mengingat adanya opsi Monetary Offset. The Fed berpeluang menaikkan suku bunga lebih agresif daripada yang diekspektasikan, kemungkinan mulai bulan Maret tahun ini.
Tak Sejalannya Trump Dengan Yellen
Selain itu, dalam beberapa kesempatan, Trump kerap mengkritik kebijakan-kebijakan bank sentral. Puncaknya, Trump sempat mencurigai Yellen menunggangi isu politik untuk menentukan suku bunga. Menurut Trump, suku bunga rendah selama pemerintahan Obama adalah bukti bahwa Yellen memang sengaja membantu program-program Partai Demokrat yang digawangi Barrack Obama. Bantuan itu ditujukan untuk membuat program Demokrat berjalan mulus sehingga Hillary Clinton bisa terpilih sebagai presiden.
Yellen? Tentu saja membantah keras. Ia bersikukuh tak disetir oleh kebijakan politik manapun dan murni bertindak sesuai dengan kebutuhan ekonomi negara. Dari sinilah, kemungkinan munculnya perbedaan arah antara The Fed dan Presiden AS makin lebar.
"Yellen dan The Fed akan terus menjaga jarak dengan politik sebisa mungkin, kata Mark Hamrick, ekonom di Bankrate.com kepada USA Today.
The Fed Belum Perlu Buru-Buru Naikkan Suku Bunga
Namun, analis dari Morgan Stanley memiliki pandangan berbeda. Opsi
Monetary Offset mungkin tidak diambil karena The Fed memang belum perlu
menaikkan suku bunga, setidaknya sampai bulan September. Menurut Morgan
Stanley, pada dasarnya belum ada perubahan besar dalam data-data ekonomi
AS dan tekanan inflasi masih perlu dipastikan lagi.Walaupun begitu, Morgan Stanley mengakui bahwa komentar-komentar para pejabat The Fed akhir-akhir banyak yang bernada positif. "Untuk menambah sentimen yang lebih upbeat dalam pernyataan kebijakan (oleh para pejabat The Fed), kita perlu melihat dulu perilaku pasar terkait probabilitas kenaikan suku bunga pada bulan Maret," kata mereka.